Senin, 30 Maret 2015

2 Filsafat Islam



Persia modern adalah Iran dan Irak yang kita ketahui sebagai raksasa Timur Tengah. Persia juga meilki peradaban yang sangat kuno, meliputi peradaban yang sebelum dan sesudah hellenisme. Beragam tulisan tentang peradaban Persia di kemukakan, termasuk dalam perkembangan filsafat Islam. Tulisan ini akan mengangkat sisi lain Persia modern, tetapi bukan berarti saya seorang Syiah. Sebagai mahasiswa saya mencoba memaparkan sisi lain dbalik stigma negatif kaum Sunni kepada kaum Syiah dalam kebesaran Iran di Timur Tengah.

Tanah dan peradaban Persia sudah ada sejak millenium kedua keturunan suku Arya yang dulu tinggal di India. Di titik inilah kesalahan yang digaung-gaungkan bangsa Eropa dengan mengatakan bahwa kebudayaan Yunani adalah kebudayaan yang tertua. Padahal kebudayaan Yunani mulai berkembang pesat pada abad ke 6 SM, dimulai pada bidang filsafat. Perkembangan itu mulai terasa semakin pesat dan akhirnya menyentuh peradaban Persia.
Dalam buku W. Montgomery Watt, Islamic Philosophy and Theology: An Extended Survey, gelombang pertama Hellenisme terjadi sekitar abad 7 M dan sangat berkembang pesat di Persia. Gelombang ini masih memunculkan keinginan muslim pada saat itu yang mulai tertarik untuk mempelajari karya-karya Yunani. Perkembangan dan perpaduan yang terjadi antara Persia dan Yunani ini adalah tiitik dimana mulai munulnya filsafat Islam. Tokoh-tokoh seperti Al-Kindi, Ibn-Sina digadang adalah filsuf-filsuf awal islam, yang telah membuka wawasan pengetahuan masyarakat muslim. Para filsuf ini telah menggunakan metode Yunani dan buktinya perkembangan keilmuan semakin cepat sama sekali.
Perkembangan yang terjadi di Persia yang terjadi telah menyilaukan para masyarakat muslim maghribi atau Andalusia, sehingga mereka berbondong-bondong berjalan ke timur untuk menimba ilmu di Persia atau Baghdad. Ibn Rusyd adalah filsuf yang juga sangat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan filsafat di Islam. Beliau memberikan metode deomstratif untuk menalarkan permasalahan dalam Islam, yaitu metode baru yang tidak pernah digunakan oleh para mutakallimun. Namun dalam buku-buku barat, seperti biasa, mendoktrin bahwa filsafat islam telah berakhir di Ibn Rusyd ini. Demikian posisi filsafat dalam islam semakin terjepit dengan penolakan dari ulama Islam sendiri yaitu Al-Ghazali, yang mengatakan bahwa filsafat itu terlalu rasional, tunduk dengan metode Yunani, sampai Al-Quran pun dikesampingkan.
Berbeda dengan kemunduran filsafat paripatetik yang terjadi di barat, di Timur, filsafat semakin berkembang dengan Suhrawardi, Mulla Sadra dll. Berbagai karya terbaru dipersembahkan oleh filsuf-filsuf Timur, yang berkarakter iluminasi. Pada masa ini, filsafat dikalangan Sunni telah benar-benar mati dan tidak bisa berkembang.
Tetapi, saya meskipun sebagai seorang Sunni dan mengkaji kitab beliau syekh hujjatul islam al-imam Al-Ghazali tidak sepenuhnya langsung demikian tunduk. Pertanyaan muncul dan timbul dalam benak saya guna mencari kebenaran sejarah, tanpa kulit dari Sunni maupun Syiah. Dimanakah posisi Al-Quran bagi filsuf islam? Apakah benar mereka telah mengesampingkan Al-Quran? Jika benar, Mengapa rasio saja yang digunakan tanpa polesan Al-Quran dalam berfilsafat?
Kegelisahan saya terjawab dalam buku Henry Corbin, History of Islamic Philosophy dan Seyyed Hossein Nasr, Islamic Philosophy from Its Origin to the Present: Philosophy in the Land of Propechy. Sebagaimana yang terjadi sejak abad ke 13 M, perkembangan filsafat tetap terjadi di kalangan Syiah, dan kematian filsafat terjadi di kalangan Sunni. Keilmuan filsafat di Sunni telah diputus dan tidak diajarkan sampai pada waktunya. Namun di Iran, filsafat islam modern telah diajarkan dan dikatakan oleh Seyyed Hossein bahwa filsafat islam di Iran adalah filsafat yang divine intellect atau dibawah naungan Tuhan. Filsafat ini bersifat continue. Filsafat islam yang bersifat illuminated by divine intellect inilah yang dikatakan sebagai filsafat kenabian, filsafat islam ini juga merupakan disiplin keilmuan yang mengacu pada 3 keilmuan islam besar lainnya yaitu teologi, syariah dan tassawuf. Filsafat islam ini berkarakter ‘irfani atau ilham atau intuisi.
Henry Corbin menjelaskan bahwa Filsafat islam modern di kalangan Syiah tidak pernah melupakan Al-Quran untuk sebagai batasan mereka berfilsafat, saya gambarkan seperti ini
                                                                      Quran                         
                                                    ---------------------------------
                                                                        Rasio        ----------->      ilham, intuisi  
Filsafat Islam yang ada digunakan untuk mendapatkan arti atau ma’na esoterik Al-Quran. Bukan hanya kategori tafsir, tapi ta’wil untuk to knowing the meaning of Quran.
Disini, peran Al-Quran sangat terasa guna sebagai batasan dalam berfilsafat. Jadi berfilsafat guna mengetahui ma’na yang ada dalam Al’Quran. Bahkan di Iran, juga diajarkan metode-metode yang digunakan untuk mendapatkan ilham atau intuisi dari Tuhan. Di Iran, ada sekolah filsafat yang bernama hawzah yang mengajarkan filsafat anak-anak sejak kecil.
Lantas, apa hubungan antara kemajuan Iran dengan filsafat yng berkembang di sana? Filsafat islam modern Iran sudah tidak hanya berkutat dengan masalah klasik tentang bagaimana alam ini diciptakan, tetapi permasalahan kosmologi yang ada sudah memikirkan bagaimana alam ini di olah sedemikian rupa sehingga menjadi sumber ilmu pengetahuan, pemikiran alam sehingga menjadi tenaga nuklir yang sangat besar. Kemudian masalah teologi yang dipandang filsafati oleh ulama-ulama Syiah. Tidak sedikit seorang teolog juga ahli nuklir di Iran.
Oleh karena itu,  tidak mengherankan jika status Iran yang sampai saat ini masih menjadi raksasa Timur Tengah dan negara yang paling ditakuti Amerika, tidak hanya mengandalkan kekayaan minyak yang ada disana, melainkan sebagai negara dengan tingkat kemajuan ilmu pengetahuan yang diperhitungkan di dunia. Amerika tidak akan mampu mengembargo Iran, Amerika juga takut akan kekuatan nuklir yang ada di Iran.
Ketika ada seorang ulama Sunni yang menginginkan kemajuan Islam kembali seperti abad pertengahan, saya sedikit mengkerutkan dahi. Bagaimana kesuksesan islam pada masa itu juga banyak dipengaruhi filsafat, tetapi ulama Sunni sendiri juga menutupi sejarah akan eksistensi dan pengaruh filsafat. Untuk mengolah ilmu pengatahuan harus menggunakan ilmu logika dan bahasa. Kalangan muslim Sunni tidak mempelajari itu, tetapi bahasa dan logika sudah diajarkan di kalangan Syiah Iran sejak dini, bahkan percakapan setiap hari. Apalagi filsafat islam modern kini sudah lebih bermanfaat untuk mengetahui meaning atau arti esoterik dari Al-Quran, sehingga perkembangan pengetahuan sudah sangat mungkin dicapai.

Sekali lagi saya bukanlah seorang Syiah, tapi masih ragukah Anda untuk berfilsafat?


Yogyakarta, 30 Maret 2015

2 komentar:

  1. Aq ki jane gak ngerti, kok iso yo,, wong2 filsafat sing pikirane muter2 ngono kui iso gawe negoro maju.

    BalasHapus

 

sederhana Copyright © 2011 - |- Template created by Badrus Soleh - |- Powered by Blogger Templates