Melipat
fenomena
jarak yang menjadi
Tabir cinta
Tak peduli
kokohnya gunung dan
Luasnya mega
Seperti
ruang tertutup yang siap meledak
Karena
tenaga waktu yang terhadang
Cinta adalah
keindahan yang membuatku
tak bisa
memejamkan mata
Cinta laksana
air yang menetes menimpa bebatuan
Waktu terus
berlalu dan bebatuan itu akan hancur,
Berserak
bagai pecahan kaca
Kini hatiku
hancur karena cinta seorang Illiyya
Illiyyaku
Cintaku kepadamu
Ada
Aku tak tau
kenapa
bukan karena
lengking suaramu
bukan pula
ayu parasmu, mata sayumu
atau hidung
mancungmu
Yang aku tau
cintaku kepadamu
Ikhlas
Kemudian Illiyyaku
Cintaku
kepadamu meruang dan mewaktu
Terlepas dari
kotak-kotak sosial
Apakah ayahmu
setuju denganku
Atau ibumu
Atau kakakmu
Aku yakin
Tenaga cinta
bisa membuka mata
Mengusir
berbagai paradigma
menjadi alat
tafsir yang tak masuk logika
Aku tahu
engkau seperti
buku
yang tak
pernah tamat aku baca
selalu
menimbulkan bermacam makna
dan kamu jelas
tidak rapuh
hanya dengan
novel percintaan, sebatang coklat dan foto di Mahameru
cintamu
dapat kurengkuh
juwitaku
Engkau mulai
dewasa dan mengenal cinta
Mencintai dan
dicintai adalah khasanah percintaan
Takkan lekang
walau kamu jauh di Malang
Yang dingin
Yang pasti
membutuhkan kehangatan ketika resah, gundah atau takut
Sedangkan
aku disini terhempas oleh jarak
Tak bisa memberimu
kehangatan cinta
Maka tak ada
yang bisa memberiku kepastian
Dari siapa
kehangatan engkau dapatkan
Kecuali
hanya petunjuk arah
Dari kicauanmu
dimedia sosial
Yang kau
dialekkan untuk penggila barumu
Siapakah dia?
Hatinya
seperti sirna ditelan namamu
Hatiku seperti
sirna ditelan kenyataan
Kini aku
mulai hilang diri
Lemas
Laksana perahu
kehilangan layar
Terombang-ambing
tak terarah
Kerna melihatmu
memiliki cinta lain
Namun rindu
ini tak lagi bisu
Meletup-letup
siaga III
Ketahuilah
dunia!
Bukan maut
yang menggetarkan hatiku, tapi rinduku kepadanya
Bukan
pula senyum seribu wanita lebih kurindukan daripada lemparan batu Illiyya
Kini
rinduku lebih menggila lagi dari fenomena jarak meskipun bibirku dan bibirnya di tabir sehelai
rambut
Jadilah
saksi cintaku kepadanya
Tak
pernah bosan aku renungi rinduku kepadanya
Illiyyaku
Mungkin
syair ini tak lebih dari bualan
Namun
mewakili setiap rasaku
Karena syair
ini terlepas dari kamus lepas dari sejarah lepas dari daya korupsi manusia
Karena itu
aku berani hadiahkan
syair ini untuk ke-19 tahunmu
ditengah
jarak
dan nasibku
yang tergolek di berenda bantal
Cuma untaian
doa aku tawarkan untukmu kepada Tuhanku
seperti
firmanMu yang telah merasuk dalam kalbuku
“Ya Rab, barakah-kan umurnya”
Blitar,
25 Desember 2015
0 komentar:
Posting Komentar