Jumat, 25 Desember 2015

0 Illiyya dan Majnun





Melipat fenomena jarak yang menjadi
Tabir cinta
Tak peduli kokohnya gunung dan
Luasnya mega
Seperti ruang tertutup yang siap meledak
Karena tenaga waktu yang terhadang

Cinta adalah keindahan yang membuatku
tak bisa memejamkan mata
Cinta laksana air yang menetes menimpa bebatuan
Waktu terus berlalu dan bebatuan itu akan hancur,
Berserak bagai pecahan kaca
Kini hatiku hancur karena cinta seorang Illiyya

Illiyyaku
Cintaku kepadamu
Ada
Aku tak tau kenapa
bukan karena lengking suaramu
bukan pula ayu parasmu, mata sayumu
atau hidung mancungmu
Yang aku tau cintaku kepadamu
Ikhlas

Kemudian Illiyyaku
Cintaku kepadamu meruang dan mewaktu
Terlepas dari kotak-kotak sosial
Apakah ayahmu setuju denganku
Atau ibumu
Atau kakakmu
Aku yakin
Tenaga cinta bisa membuka mata
Mengusir berbagai paradigma
menjadi alat tafsir yang tak masuk logika

Aku tahu
engkau seperti buku
yang tak pernah tamat aku baca
selalu menimbulkan bermacam makna
dan kamu jelas tidak rapuh
hanya dengan novel percintaan, sebatang coklat dan foto di Mahameru
cintamu dapat kurengkuh
                                 
juwitaku
Engkau mulai dewasa dan mengenal cinta
Mencintai dan dicintai adalah khasanah percintaan
Takkan lekang walau kamu jauh di Malang
Yang dingin
Yang pasti membutuhkan kehangatan ketika resah, gundah atau takut
Sedangkan aku disini terhempas oleh jarak
Tak bisa memberimu kehangatan cinta
Maka tak ada yang bisa memberiku kepastian
Dari siapa kehangatan engkau dapatkan
Kecuali hanya petunjuk arah
Dari kicauanmu dimedia sosial
Yang kau dialekkan untuk penggila barumu
Siapakah dia?
Hatinya seperti sirna ditelan namamu
Hatiku seperti sirna ditelan kenyataan
Kini aku mulai hilang diri
Lemas
Laksana perahu kehilangan layar
Terombang-ambing tak terarah
Kerna melihatmu memiliki cinta lain
Namun rindu ini tak lagi bisu
Meletup-letup siaga III

Ketahuilah dunia!
Bukan maut yang menggetarkan hatiku, tapi rinduku kepadanya
Bukan pula senyum seribu wanita lebih kurindukan daripada lemparan batu Illiyya
Kini rinduku lebih menggila lagi dari fenomena jarak meskipun bibirku dan bibirnya di tabir sehelai rambut
Jadilah saksi cintaku kepadanya
Tak pernah bosan aku renungi rinduku kepadanya

Illiyyaku
Mungkin syair ini tak lebih dari bualan
Namun mewakili setiap rasaku
Karena syair ini terlepas dari kamus lepas dari sejarah lepas dari daya korupsi manusia
Karena itu
aku berani hadiahkan syair ini untuk ke-19 tahunmu
ditengah jarak
dan nasibku yang tergolek di berenda bantal
Cuma untaian doa aku tawarkan untukmu kepada Tuhanku
seperti firmanMu yang telah merasuk dalam kalbuku
“Ya Rab, barakah-kan umurnya”


Blitar, 25 Desember 2015

0 komentar:

Posting Komentar

 

sederhana Copyright © 2011 - |- Template created by Badrus Soleh - |- Powered by Blogger Templates